Automation Bikin Pengangguran? Faktanya Bikin Kaget!

Automation Bikin Pengangguran Faktanya Bikin Kaget!

Coba jujur deh, setiap kali dengar kalimat “automation bikin pengangguran,” apa reaksi pertama Anda? Panik Penasaran? Atau langsung bayangin robot-robot yang pelan-pelan “menggeser” manusia dari kantor?

Tenang, Anda nggak sendirian. Isu ini memang sering bikin heboh di dunia bisnis modern. Tapi, sama seperti mitos “kopi bikin pendek umur” (padahal justru bikin fokus), ternyata fakta soal automasi juga nggak seseram itu.

Kita bahas bareng yuk pelan-pelan, dengan secangkir data dan sedikit tawa biar enggak tegang.

Mitos vs Realita, Ketika Robot Dituduh Sebagai Biang Keladi

Sebelum kita tuding robot jadi penyebab pengangguran massal, mari kita kulik. Apakah benar automation dan pengangguran selalu berjalan beriringan?

Akankah otomatisasi mendatangkan pengangguran?

Kata Brookings Institution (2022), automasi memang menggantikan pekerjaan, tapi juga menciptakan yang baru.

Ibaratnya begini: dulu tukang pos jalan kaki nganter surat. Sekarang? Email dan logistik digital muncul. Tukang posnya hilang?

Tidak juga, mereka pindah profesi, naik jabatan jadi kurir ekspedisi, staf warehouse, bahkan data operator.

Jadi, automasi itu seperti diet karbo: kelihatannya mengurangi, padahal cuma mengatur ulang. Kalau dijalani dengan benar, hasilnya malah lebih sehat dan lebih produktif.

Apa dampak otomatisasi pada dunia kerja?

Nah, ini menarik. World Economic Forum (2022) bilang, automasi bukan cuma menggantikan, tapi juga menumbuhkan pekerjaan baru, asal manusianya mau upgrade skill.

Bahkan Goldman Sachs Research (2025) menemukan bahwa produktivitas naik, dan efeknya ke pengangguran itu sementara aja.

Jadi kalau ada yang bilang, “Automation bikin semua orang di-PHK,” jawab aja, “Mungkin dia belum sempat baca laporan Goldman Sachs.”

Baca juga: IT Outsourcing IDstar, Solusi Atasi Krisis Lapangan Kerja Indonesia

Siapa yang paling kena imbas automasi?

Kalau kata Government Accountability Office (GAO, 2022), yang paling berisiko adalah pekerjaan berulang dan pendidikan rendah.

Bayangkan tukang entry data yang tiap hari ngetik angka, kalau sekarang sudah bisa pakai bot atau AI OCR, ya jelas pekerjaannya berubah. Tapi bukan berarti hilang!

Banyak dari mereka sekarang justru naik kelas jadi automation operator, orang yang mengawasi si bot supaya nggak “ngaco”.

Automation adalah Partner yang Bikin Produktif

Sekarang bayangkan ini. Perusahaan Anda sedang tumbuh pesat, workload makin banyak, tim makin stres.

Apakah solusinya tambah orang? Belum tentu. Kadang yang dibutuhkan adalah automasi kerja yang tepat, supaya tim Anda bisa fokus ke hal yang lebih penting.

Automasi kerja membebaskan waktu, bukan mengambilnya

Menurut studi dari American Economic Association, teknologi lebih sering “menggantikan tugas”, bukan “menghapus pekerja.”

Artinya, pekerjaan Anda tetap ada, hanya porsinya yang berubah.

Misalnya, bagian finance nggak perlu lagi nginput invoice satu-satu (itu bisa dikerjakan bot), jadi bisa fokus ke analisis dan strategi keuangan.

Alias: lebih sedikit Excel, lebih banyak insight!

Risiko automasi? Bisa jadi peluang kompetitif

Setiap teknologi pasti punya risiko, bahkan WiFi pun bisa putus di tengah presentasi penting. Tapi perusahaan besar yang berani memetakan risiko automasi justru jadi yang paling siap bersaing.

Menurut riset di arXiv (2024), bahkan pekerja dengan skill tinggi pun bisa terdampak automasi. Tapi kabar baiknya, perusahaan yang proaktif melakukan upskilling malah mengalami peningkatan produktivitas signifikan.

Intinya, kita harus cepat beradaptasi.

Baca juga: Otomatisasi Proses Invoice dengan Agentic Automation

Jadi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kalau Anda ingin automation jadi sahabat, bukan saingan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan besar.

1. Pahami dulu apa yang bisa diotomasi

Tidak semua pekerjaan harus diganti robot (kalau semua diotomasi, siapa yang bikin meeting dadakan, kan?).

Mulailah dari tugas-tugas rutin dan repetitif. Studi dari Federal Reserve St. Louis (2024) menyebutkan bahwa pekerjaan dengan pola rutin paling mudah digantikan.

2. Latih tim Anda jadi automation ready

Daripada takut digantikan, lebih baik belajar bareng si robot.

Riset terbaru menunjukkan bahwa social adaptation dan reskilling bisa menekan dampak pengangguran akibat automasi (arXiv, 2024).

Dengan pelatihan yang tepat, orang yang tadinya takut kehilangan pekerjaan malah bisa jadi pengelola automasi. Seperti upgrade dari “driver” jadi “navigator”.

3. Jadikan automasi bagian dari strategi transformasi digital

Automasi itu bukan proyek IT. Automasi itu bagian dari strategi bisnis.

Gunakan automasi untuk memperkuat daya saing, membuka peluang baru, dan membuat tim Anda bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras.

Kalau Anda ingin lihat contohnya? Ya, di sinilah kami di IDstar bermain, membantu banyak perusahaan besar melakukan transformasi digital dengan cara yang manusiawi dan berdampak.

Automasi Tidak Mengambil Pekerjaan, tapi Mengubahnya

Jadi, kalau nanti ada yang bilang “Automation bikin pengangguran,” Anda bisa jawab santai:
“Bukan bikin pengangguran, tapi bikin upgrade-an pekerjaan.”

Robot nggak datang untuk menggantikan manusia, tapi untuk membantu manusia bekerja lebih baik.

Dan bagi perusahaan besar seperti Anda, rahasianya bukan melawan automasi. Rahasianya adalah memeluknya dengan strategi.

Karena pada akhirnya, teknologi bukan tentang menggantikan peran kita …, tapi tentang memberi kita waktu lebih untuk berpikir besar, berinovasi, dan mungkin, ngopi lebih tenang.

Digital Transformation? #IDstarinAja


Referensi kredibel: 

  • Brookings Institution. 2022. Understanding the Impact of Automation on Workers, Jobs, and Wages. https://www.brookings.edu/articles/understanding-the-impact-of-automation-on-workers-jobs-and-wages/
  • TeamStage. 2024. Jobs Lost to Automation Statistics. https://teamstage.io/jobs-lost-to-automation-statistics/
  • World Economic Forum. 2022. How Automation and Job Creation Go Hand in Hand. https://www.weforum.org/stories/2022/09/how-automation-job-creation-hand-in-hand/
  • Goldman Sachs Research. 2025. How Will AI Affect the Global Workforce. https://www.goldmansachs.com/insights/articles/how-will-ai-affect-the-global-workforce
  • Government Accountability Office (GAO). 2022. Which Workers Are Most Affected by Automation? https://www.gao.gov/blog/which-workers-are-most-affected-automation-and-what-could-help-them-get-new-jobs
  • Federal Reserve Bank of St. Louis. 2024. Are Robots Helpers or Substitutes for Workers? https://www.stlouisfed.org/open-vault/2024/sep/are-robots-helpers-or-substitutes-for-workers
  • arXiv. 2024. Automation, Skills, and Future Workforces. https://arxiv.org/abs/2404.06472
  • arXiv. 2025. Social Adaptation and the Labor Market in the Age of Automation. https://arxiv.org/abs/2501.03092
  • American Economic Association. 2015. Technology and Employment. https://www.aeaweb.org/articles?id=10.1257%2Fjep.29.3.3

Saatnya Bisnis Anda Bergerak Lebih Cepat

Tinggalkan proses manual.
Gunakan Agentic Automation dan IT Outsourcing dari IDstar untuk kerja lebih cepat, efisien, dan scalable.

Alongside with 7000+ Subscribers

Get the latest news about IT industry from IDstar directly to your email





We value your data safety. View Privacy Policy

agent Chat Us
×