RPA dan Hyperautomation, Apa Bedanya?

RPA dan Hyperautomation, Apa Bedanya

Pernahkah Anda bertanya apa perbedaan RPA dan Hyperautomation? Beberapa tahun lalu, otomatisasi dianggap revolusioner.

Perusahaan besar mulai menggunakan Robotic Process Automation (RPA) untuk menekan biaya dan mempercepat proses.

RPA membantu tim keuangan memproses invoice secara otomatis, membantu HR menginput data karyawan tanpa error, bahkan mempercepat pembuatan laporan bulanan.

Namun, seiring waktu, kita mulai menyadari sesuatu. Dunia bisnis bergerak lebih cepat dari yang bisa dikejar oleh skrip-skrip RPA.

Sistem semakin kompleks, data datang dari berbagai sumber, dan keputusan tidak lagi bisa dibuat dengan pola statis.

Menurut laporan Fortune Business Insights (2025), pasar Hyperautomation global bernilai USD 46,4 miliar pada 2024, dan diprediksi tumbuh dengan CAGR 17% hingga 2034.

Sementara itu, 66% organisasi di dunia telah mengotomatisasi setidaknya satu proses bisnis, dan angka ini terus meningkat (Software Oasis, 2024).

Dari sini, satu hal jelas: otomatisasi telah berevolusi. Lalu evolusinya disebut Hyperautomation.

Baca juga: Agentic AI vs Generative AI: Panduan Strategis untuk Business Leaders 2025

Dari Otomatisasi Tugas ke Otomatisasi Strategis

Bayangkan Anda seorang COO di perusahaan besar yang setiap hari menerima ratusan ribu data transaksi dari berbagai cabang. Dulu, Anda menggunakan RPA untuk membantu tim finance menyalin data ke sistem ER.

Pekerjaan yang tadinya butuh 5 jam, kini hanya 15 menit.

Namun, setelah beberapa bulan, sistem bisnis Anda semakin rumit: data datang dari berbagai sumber, formatnya berubah-ubah, dan keputusan keuangan harus diambil lebih cepat.

RPA mulai kewalahan. Di sinilah Hyperautomation hadir. Hyperautomation bukanlah sekadar otomatisasi perintah, tapi otomatisasi berpikir.

Sistem Hyper Automation menggabungkan AI, Machine Learning, Process Mining, dan Integrasi Lintas Aplikasi, sehingga bukan hanya menjalankan tugas, tetapi juga menganalisis, belajar, dan beradaptasi.

Contohnya, sistem tidak hanya menyalin data faktur, tapi membaca file PDF dengan OCR, mencocokkannya dengan kebijakan pajak, dan langsung memproses pembayaran, semua tanpa campur tangan manusia.

Baca juga: Mengapa Bisnis Harus Mengadopsi Otomatisasi Pajak di 2025?

Perbedaan RPA dan Hyperautomation: Evolusi, Bukan Kompetisi

Sering kali orang bertanya, “Apakah Hyper Automation akan menggantikan RPA?”

Jawabannya, tidak. Hyper Automation adalah tahap berikutnya dari RPA.

Aspek RPA Hyperautomation
Fokus Otomatisasi tugas berulang (rule-based) Otomatisasi menyeluruh lintas proses
Teknologi utama Script & bot RPA + AI + ML + Process Mining + Orchestration
Tujuan Efisiensi dan penghematan waktu Transformasi operasional dan skalabilitas
Contoh Input data, pembuatan laporan End-to-end workflow: dari input data → analisis → keputusan → eksekusi

Menurut laporan The Business Research Company (2024), adopsi Hyperautomation secara global meningkat pesat karena 70% organisasi enterprise kini menargetkan end-to-end automation dalam 3 tahun ke depan.

Perusahaan yang berhasil mengimplementasikannya melaporkan peningkatan produktivitas hingga 50% dan penurunan biaya operasional sekitar 30%.

Baca juga: 10 Cara Mengurangi Biaya Operasional Bisnis

Mengapa Hyperautomation Menjadi Kunci Masa Depan?

Kita semua tahu, efisiensi adalah alasan utama di balik otomatisasi.

Namun, sekarang nilai sebenarnya dari Hyperautomation bukan hanya efisiensi, melainkan kecepatan beradaptasi dan skalabilitas.

1. Skalabilitas

Hyperautomation memungkinkan proses yang terhubung lintas departemen dan lokasi.

2. Keputusan Berbasis Data

Dengan AI dan analitik, keputusan diambil otomatis tanpa menunggu laporan manual.

3. Ketahanan Bisnis

Proses yang stabil dan terdigitalisasi membantu perusahaan tetap tangguh bahkan saat kondisi pasar berubah cepat.

Sebuah studi dari Autonom8 (2025) menunjukkan bahwa organisasi yang menerapkan Hyperautomation mengalami peningkatan ROI hingga 200% dalam 12 bulan pertama, terutama pada sektor finansial, kesehatan, dan logistik (Autonom8, 2025)

Cara Memulai Hyperautomation

Transisi dari RPA ke Hyperautomation tidak perlu drastis. Kita bisa memulainya dari yang sudah ada.

  • Evaluasi sistem RPA yang sudah berjalan. Lihat di mana batasannya.
  • Identifikasi proses bernilai tinggi. Misalnya, proses finansial, procurement, atau layanan pelanggan.
  • Bangun konektivitas data. Hyperautomation bergantung pada integrasi lintas aplikasi.
  • Gunakan pendekatan bertahap. Mulai dari satu departemen, lalu scale ke seluruh organisasi.

Dengan pendekatan yang tepat, Anda akan melihat hasil nyata dalam beberapa bulan pertama, tidak hanya efisiensi, tapi juga kecerdasan operasional.

Baca juga: Otomatisasi Laporan Keuangan dengan Agentic Automation

Kesimpulan

RPA adalah langkah pertama yang membawa kita mengenal otomatisasi. Namun, di era yang serba cepat ini, bisnis membutuhkan lebih dari sekadar kecepatan.

Kita butuh kecerdasan dan integrasi. Itulah yang ditawarkan Hyperautomation, sistem yang bukan hanya menjalankan perintah, tapi memahami tujuan bisnis Anda.

Dan ketika perusahaan besar di Indonesia mulai bertransformasi ke arah itu, kami di IDstar siap menjadi mitra yang menemani setiap langkah.

IDstar adalah provider Agentic Automation & IT Outsourcing terbaik di Indonesia, berkolaborasi dengan UiPath, dan memiliki 900+ IT Talent Ready untuk membantu perusahaan besar membangun sistem otomasi yang efisien, adaptif, dan siap menghadapi masa depan.

Baca juga: RPA Guide 2025: UiPath vs Blue Prism vs Automation Anywhere


Referensi kredibel:

Saatnya Bisnis Anda Bergerak Lebih Cepat

Tinggalkan proses manual.
Gunakan Agentic Automation dan IT Outsourcing dari IDstar untuk kerja lebih cepat, efisien, dan scalable.

Alongside with 7000+ Subscribers

Get the latest news about IT industry from IDstar directly to your email





We value your data safety. View Privacy Policy

agent Chat Us
×