IDStar, IT Consulting Jakarta – Pernah mendengar istilah software tester? Ya, tahu kah kamu bahwa software tester merupakan salah satu profesi IT yang menjadi incaran anak generasi muda saat ini.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memproyeksikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia, dengan estimasi mencapai 1,97 juta tenaga kerja pada tahun 2025.
Artikel ini akan menjelaskan secara tuntas terkait tugas seorang software tester, apa saja tools yang biasa digunakan, bagaimana cara menjadi software tester, hingga potensi karier dan gaji software tester.
Bagi kamu yang ingin tahu soal profesi ini, langsung saja baca artikel selengkapnya!
Pengertian Software Tester
Software tester adalah seorang profesional yang bertanggungjawab untuk menguji kelayakan software atau perangkat lunak sebelum diluncurkan menjadi sebuah produk jadi.
Pengujian tersebut dilakukan demi mengidentifikasi apakah software yang dikembangkan sudah sesuai dengan keinginan atau kelayakan yang telah ditentukan.
Software yang dikembangkan bisa saja mengalami bug semasa pengembangan yang luput dari mata para software developer. Nah, di sinilah peran software engineer sebagai tester untuk meyakinkan apakah perangkat lunak atau aplikasi yang dibuat sudah oke.
Potensi Karir Software Tester
Menurut U.S. Bureau of Labor Statistics (BLS), keseluruhan pekerjaan di bidang Software Development, Quality Assurance, dan Software Testing diproyeksikan akan tumbuh sebesar 17 persen dari tahun 2023 hingga 2033, yang jauh lebih cepat dibandingkan rata-rata untuk semua pekerjaan
Diperkirakan akan ada sekitar 153.900 pembukaan untuk pengembang perangkat lunak, analis jaminan kualitas, dan tester setiap tahun, rata-rata, selama dekade tersebut.
Estimasi Waktu Jenjang Karier Software Tester
- Junior Software Tester (Entry-Level)
- Durasi: 0-2 tahun
- Fokus pada pengujian manual, penulisan test case, dan dokumentasi dasar.
- QA Analyst / Test Analyst
- Durasi: 2-4 tahun
- Mulai melakukan analisis risiko, pengujian fungsional, dan regresi lebih kompleks.
- Automation Test Engineer
- Durasi: 4-6 tahun
- Fokus pada pengujian otomatisasi dengan alat seperti Selenium, JMeter, atau Appium.
- Senior QA Engineer / Senior Software Tester
- Durasi: 6-8 tahun
- Memimpin pengujian di proyek besar, mengawasi tim junior, dan memastikan standar kualitas.
- QA Lead / Test Lead
- Durasi: 8-10 tahun
- Mengatur strategi pengujian, alokasi tugas, dan memastikan tim QA bekerja efektif.
- QA Manager / Test Manager
- Durasi: 10-12 tahun
- Fokus pada manajemen tim QA lintas proyek, merancang kebijakan QA perusahaan.
- QA Director / Head of QA
- Durasi: 12-15 tahun
- Bertanggung jawab atas strategi QA perusahaan di tingkat eksekutif.
- Chief Technology Officer (CTO)
- Durasi: 15+ tahun
- Memimpin arah teknologi perusahaan secara keseluruhan, termasuk QA.
Baca juga: Gaji dan Potensi Karier Software Engineer di Indonesia
Tugas dan Tanggung Jawab Software Tester
Job desk software tester tentunya sangat beragam. Mungkin kamu membayangkan bahwa seorang software tester hanya bertugas menguji apa yang sudah dikerjakan software developer? Tidak salah memang, tapi ada detail pekerjaan yang ternyata dilakukan oleh software tester yang lain.
Dilansir dari salah satu Linkedin, pekerjaan software engineer adalah dijelaskan gambar berikut:
Melansir dari remotehub, berikut adalah beberapa tugas sebagai software tester:
- Berkolaborasi dengan tim proyek untuk menentukan lingkup pengujian, tujuan, dan strategi, serta membuat rencana pengujian yang rinci
- Bertanggung jawab untuk mendesain kasus uji yang memvalidasi fungsionalitas dan fitur perangkat lunak, serta mengeksekusi kasus uji tersebut
- Mendokumentasikan dan melaporkan defek yang ditemukan kepada tim pengembangan menggunakan alat pelacakan bug.
- Melakukan pengujian regresi untuk memastikan bahwa pembaruan baru tidak mempengaruhi fungsionalitas yang ada
- Menilai responsivitas, skalabilitas, dan stabilitas perangkat lunak di bawah berbagai beban kerja dan kondisi
- Menilai kompatibilitas perangkat lunak dengan sistem operasi, browser, perangkat, dan lingkungan jaringan yang berbeda
- Mengevaluasi resistensi perangkat lunak terhadap akses yang tidak sah, pelanggaran data, dan kerentanan keamanan potensial
- Melibatkan pengguna akhir untuk memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi harapan dan persyaratan mereka
- Mempertahankan dokumentasi rinci dari semua kasus uji, hasil pengujian, dan defek
- Terus memperbarui keterampilan dan pengetahuan untuk tetap relevan di bidang yang terus berkembang ini.
Nah, mari kita bahas tentang detail tugasnya.
Seorang Software Tester memegang peran kunci dalam memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi standar yang ditetapkan sebelum dirilis.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai tugas dan tanggung jawab mereka:
1. Pengujian Fungsional
Tugas ini melibatkan pengujian setiap fungsi aplikasi untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Software tester memeriksa setiap fitur untuk memastikan semua berjalan dengan benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. Pengujian Non-Fungsional
Berfokus pada aspek lain dari perangkat lunak yang tidak terkait langsung dengan fungsi spesifik, seperti keamanan, kinerja, dan kemampuan untuk menangani beban kerja.
Misalnya, menguji seberapa cepat perangkat lunak dapat beroperasi di bawah beban berat atau seberapa baik perangkat lunak dapat melindungi data dari akses tidak sah.
3. Pembuatan dan Pelaksanaan Tes Skrip
Mereka mendesain dan mengembangkan skrip tes yang meniru interaksi pengguna dengan sistem untuk menemukan bug atau kegagalan.
Ini melibatkan pemrograman tes otomatis serta pengujian manual untuk menutup semua aspek fungsi perangkat lunak.
4. Analisis Hasil
Setelah pengujian selesai, software tester menganalisis data yang dikumpulkan untuk menemukan dan mendokumentasikan kesalahan.
Analisis ini penting untuk memahami penyebab masalah dan bagaimana mereka dapat diatasi.
5. Kolaborasi dengan Tim Pengembangan
Software tester bekerja erat dengan pengembang software untuk memastikan bahwa semua masalah yang teridentifikasi selama pengujian ditangani.
Komunikasi yang efektif antara tester dan pengembang sangat krusial untuk proses perbaikan yang cepat dan efisien.
6. Pemeliharaan Dokumentasi
Mereka bertanggung jawab untuk mendokumentasikan proses pengujian dan hasilnya secara detail.
Dokumentasi ini tidak hanya penting untuk pengembangan saat ini tetapi juga sebagai referensi untuk proyek masa depan atau jika perlu dilakukan pengujian ulang.
Dengan melaksanakan tugas ini secara metodis dan sistematis, software tester menjamin kualitas akhir perangkat lunak, mengurangi risiko kegagalan setelah peluncuran, dan mendukung reputasi perusahaan pengembang sebagai penyedia solusi perangkat lunak yang andal
Cara Menjadi Software Tester (Skill dan Keterampilan)
Apa yang harus dilakukan untuk berkarir sebagai software tester?
1. Paham Basic Software Testing
Seorang Software Tester harus memiliki pemahaman yang kuat tentang metodologi pengujian perangkat lunak seperti white box testing, black box testing, dan gray box testing.
Selain itu, pengetahuan tentang berbagai jenis pengujian, seperti functional testing, non-functional testing, regression testing, smoke testing, dan user acceptance testing (UAT), sangat diperlukan.
Tester juga perlu memahami siklus hidup pengembangan perangkat lunak (Software Development Life Cycle atau SDLC) dan siklus hidup pengujian perangkat lunak (Software Testing Life Cycle atau STLC).
2. Paham Testing Tools
Seorang Software Tester yang unggul harus terbiasa dengan alat pengujian manual seperti TestRail, JIRA, atau TestLink.
Untuk otomatisasi, mereka perlu menguasai alat seperti Selenium, JMeter, Appium, dan Katalon Studio. Selain itu, kemampuan menggunakan alat pelacak bug seperti JIRA, Bugzilla, atau Trello juga penting.
Jika terlibat dalam pengujian performa aplikasi, mereka harus memahami penggunaan alat seperti Apache JMeter atau LoadRunner.
3. Mahir Pemrograman Dasar
Meskipun tidak diharuskan menjadi ahli pemrograman, seorang Software Tester setidaknya harus memahami bahasa pemrograman dasar seperti Java, Python, atau C#. Pengetahuan ini akan mempermudah penulisan skrip otomatisasi untuk pengujian. Selain itu, pemahaman dasar tentang SQL diperlukan untuk memvalidasi data di basis data saat melakukan pengujian back-end.
4. Mahir API Testing
Pengujian API merupakan bagian penting dalam memastikan integrasi antar komponen perangkat lunak berjalan dengan baik.
Seorang tester harus mampu menggunakan alat seperti Postman atau SoapUI untuk menguji endpoint API. Pemahaman tentang format data seperti JSON dan XML juga diperlukan untuk memeriksa respons yang dihasilkan oleh API.
5. Analytical & Logical Thinking
Kemampuan berpikir analitis dan logis sangat diperlukan untuk seorang Software Tester. Mereka harus mampu menganalisis masalah, mengidentifikasi skenario pengujian yang paling efektif, dan menemukan bug yang mungkin tersembunyi dalam aplikasi.
Keterampilan ini juga membantu dalam memahami bagaimana berbagai komponen perangkat lunak berinteraksi satu sama lain.
6. Keterampilan Dokumentasi yang Baik
Seorang tester harus mampu membuat dokumentasi yang jelas dan terstruktur, termasuk Test Plan, Test Case, dan Bug Report.
Dokumentasi yang baik memastikan tim pengembang dapat dengan mudah memahami masalah yang ditemukan dan memperbaikinya dengan lebih cepat.
Laporan hasil pengujian yang komprehensif juga membantu manajemen dalam mengambil keputusan.
7. Paham Basis Data (Database Knowledge)
Pengujian perangkat lunak sering kali melibatkan validasi data yang tersimpan di database. Seorang tester perlu memiliki keterampilan dasar dalam menulis dan menjalankan kueri SQL untuk memeriksa integritas dan konsistensi data.
Pengujian database juga mencakup verifikasi operasi CRUD (Create, Read, Update, Delete) pada aplikasi.
8. Paham Cybertesting
Keamanan menjadi salah satu aspek penting dalam perangkat lunak modern. Seorang Software Tester harus memahami prinsip dasar keamanan perangkat lunak dan menggunakan alat seperti OWASP ZAP atau Burp Suite untuk mendeteksi potensi kerentanan keamanan. Mereka juga harus memahami teknik umum untuk melindungi data pengguna dan aplikasi dari ancaman siber.
9. Punya Soft Skills Pendukung
Seorang tester harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk menyampaikan temuan dan rekomendasi dengan jelas kepada pengembang dan pemangku kepentingan lainnya.
Mereka juga perlu memiliki perhatian terhadap detail untuk memastikan tidak ada masalah kecil yang terlewatkan.
Manajemen waktu yang baik penting untuk mengatur jadwal pengujian dengan efisien, dan keterampilan kolaborasi diperlukan untuk bekerja efektif dalam tim lintas fungsi.
10. Continuous Learning
Dunia teknologi selalu berkembang, dan seorang tester yang unggul harus terus belajar tentang tren terbaru dalam teknologi pengujian perangkat lunak.
Mereka perlu mempelajari alat dan teknik baru serta mengikuti pelatihan atau kursus yang relevan. Sertifikasi seperti ISTQB (International Software Testing Qualifications Board) juga dapat meningkatkan kredibilitas profesional.
Sertifikasi Software Tester yang Direkomendasikan
Sertifikasi profesional dapat meningkatkan kompetensi dan daya saing seorang Software Tester. Sertifikasi yang umum direkomendasikan termasuk ISTQB (International Software Testing Qualifications Board), Certified Selenium Professional, dan Certified Agile Tester (CAT). Sertifikasi ini membantu memastikan bahwa seorang tester memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan standar industri.
Baca juga: Peluang Karir QA Engineer Serta Gaji & Tugasnya
10 Tools Software Tester dan Manfaatnya
Sebagai software tester, memanfaatkan berbagai tools akan sangat membantu dalam memastikan kualitas dan efisiensi pengujian perangkat lunak. Berikut adalah beberapa kategori tools yang esensial dalam dunia software testing:
1. Automation Testing Tools
Tools seperti Selenium, QTP/UFT, dan TestComplete memungkinkan otomatisasi pengujian UI dan fungsional, mengurangi waktu dan usaha dalam pengujian manual.
Automation Testing Tools (Selenium) digunakan untuk mengotomatiskan tes pada aplikasi web. Misalnya, Selenium bisa digunakan untuk mengecek fungsionalitas login dan logout pada sebuah aplikasi web secara berulang tanpa intervensi manusia.
2. Performance Testing Tools
Tools seperti LoadRunner, JMeter, dan Gatling digunakan untuk menguji dan memastikan kinerja aplikasi dalam kondisi beban tertentu, penting untuk validasi skalabilitas dan stabilitas aplikasi.
Performance Testing Tools (JMeter): Digunakan untuk menguji kinerja dan kehandalan server aplikasi. Contoh kasusnya adalah menguji seberapa banyak request yang dapat ditangani oleh server sebelum mulai mengalami penurunan performa.
3. Test Management Tools
Tools seperti TestRail, JIRA, dan qTest menyediakan platform untuk mengatur, melacak, dan mengelola siklus pengujian secara efisien.
Test Management Tools (TestRail): Digunakan untuk mengelola kasus-kasus tes dan melacak hasil tes. Misalnya, sebuah tim pengembang menggunakan TestRail untuk menyimpan semua skenario tes dan hasilnya untuk referensi di masa mendatang.
4. Bug Tracking Tools
Tools seperti Bugzilla, MantisBT, dan Redmine membantu dalam melacak dan mengelola isu atau bug yang ditemukan selama pengujian.
Bug Tracking Tools (Bugzilla): Digunakan untuk melacak dan mengelola laporan bug. Contoh kasusnya adalah tim QA melaporkan bug yang ditemukan selama pengujian dan menggunakan Bugzilla untuk memonitor status perbaikan bug tersebut.
5. API Testing Tools
Tools seperti Postman dan SoapUI spesialisasi dalam pengujian API, memastikan bahwa interface aplikasi berfungsi sesuai harapan.
API Testing Tools (Postman): Digunakan untuk menguji API untuk memastikan respons yang tepat dari endpoint. Contoh kasusnya adalah menguji API pembayaran untuk memverifikasi bahwa transaksi berhasil diproses.
6. Security Testing Tools
Tools seperti OWASP ZAP, Nessus, dan Wireshark penting untuk pengujian keamanan, membantu mengidentifikasi dan mitigasi potensi kerentanan keamanan.
Security Testing Tools (OWASP ZAP): Digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan pada aplikasi web. Sebagai contoh, OWASP ZAP dapat digunakan untuk melakukan penyerangan simulasi cross-site scripting (XSS) pada aplikasi web
7. Mobile Testing Tools
Tools seperti Appium, Espresso, dan XCTest khusus dirancang untuk pengujian aplikasi mobile, memastikan bahwa aplikasi berjalan dengan baik di berbagai perangkat dan sistem operasi.
Mobile Testing Tools (Appium): Digunakan untuk menguji aplikasi seluler di berbagai platform. Misalnya, Appium digunakan untuk mengotomatiskan pengujian UI pada aplikasi Android dan iOS untuk memastikan konsistensi antar platform.
8. CI/CD Tools
Jenkins, Travis CI, dan GitLab CI/CD memfasilitasi integrasi dan deployment kode secara otomatis dan berkelanjutan, mempercepat siklus release.
CI/CD Tools (Jenkins): Digunakan untuk mengotomatiskan tahapan pengembangan software seperti build, test, dan deployment. Contoh penggunaannya adalah Jenkins yang mengatur pipeline CI/CD yang otomatis menjalankan build dan tes setiap kali kode diperbarui
9. Cross-browser Testing Tools
Tools seperti Sauce Labs dan BrowserStack memungkinkan pengujian lintas browser, memastikan konsistensi pengalaman pengguna.
Cross-browser Testing Tools (BrowserStack): Digunakan untuk menguji aplikasi web di berbagai browser dan sistem operasi untuk memastikan kompatibilitas. Sebagai contoh, BrowserStack dapat digunakan untuk menguji tampilan website pada versi terbaru Chrome, Firefox, dan Safari
10. Version Control Systems
Sistem kontrol versi seperti Git dan SVN esensial untuk manajemen kode sumber, mendukung kolaborasi dan pelacakan perubahan efektif.
Dengan memanfaatkan tools ini, software tester dapat meningkatkan akurasi pengujian, mempercepat waktu pengembangan, dan menghasilkan perangkat lunak yang lebih robust dan andal.
Version Control Systems (Git): Digunakan untuk manajemen kode sumber. Contoh penggunaannya adalah pengembang menggunakan Git untuk kolaborasi dalam tim besar, memastikan bahwa perubahan kode dapat dilacak dan dikelola dengan efisien
Ada banyak tools yang digunakan seperti yang dijelaskan di atas. Namun, tidak semua tools harus dikuasai, kok. Semua tergantung kebutuhan dan kebijakan perusahaan. Bagi yang belum mengetahui salah satu di atas, kamu bisa belajar otodidak dengan mencoba versi trial-nya atau melihat tutorialnya di Youtube.
Gaji Software Tester Indonesia
Mungkin kamu bertanya-tanya, dari tugas dan tanggungjawab yang begitu banyak, berapa gaji software tester di Indonesia? Nah, berdasarkan informasi yang dilansir dari Glasdoor, estimasi gaji software tester di Indonesia berada di rentang Rp11.000.000 hingga Rp33.000.000.
Nah, nominal pasti dari rentang gaji tersebut akan disesuaikan dengan banyak faktor, seperti pengalaman kandidat, industri, lokasi, hingga kemampuan perusahaan.
Itulah penjelasan mengenai software tester, bagaimana potensi karirnya, tools apa yang sering digunakan, cara meraih karirnya, potensi hingga prospek gajinya. Kebayang kan? Bagi kamu yang ingin menjadi software tester, kamu bisa menghubungi kami dan menanyakan ketersediaan lowongan kerja software tester.