IDStar, IT Consulting Jakarta – Pernah mendengar istilah software tester? Ya, tahu kah kamu bahwa software tester merupakan profesi yang menjadi incaran anak generasi milenial saat ini.
Mengapa tidak? Perkembangan teknologi memungkinkan para perusahaan berbondong-bondong mencari tenaga kerja IT yang banyak berurusan dengan perangkat lunak atau aplikasi. Di sinilah peran Software tester diperlukan.
Data menunjukkan pasar software tester di ranah global pada tahun 2022 bernilai $45 miliar dan diperkirakan akan mencapai sekitar $109,5 miliar pada tahun 2027, yang menunjukkan ruang lingkup dan pentingnya bidang ini yang semakin berkembang.
Artikel ini akan menjelaskan secara tuntas terkait tugas seorang software tester, apa saja tools yang biasa digunakan, bagaimana cara menjadi software tester, hingga potensi karier dan gaji software tester.
Bagi kamu yang ingin tahu soal profesi ini, langsung saja baca artikel selengkapnya!
Pengertian Software Tester
Software tester adalah seorang profesional yang bertanggungjawab untuk menguji kelayakan software atau perangkat lunak sebelum diluncurkan menjadi sebuah produk jadi.
Pengujian tersebut dilakukan demi mengidentifikasi apakah software yang dikembangkan sudah sesuai dengan keinginan atau kelayakan yang telah ditentukan.
Aplikasi atau perangkat lunak yang dikembangkan bisa saja mengalami bug semasa pengembangan yang luput dari mata para software developer. Nah, di sinilah peran software engineer sebagai tester untuk meyakinkan apakah perangkat lunak atau aplikasi yang dibuat sudah oke.
Ingin berkarir menjadi software tester? Input CVmu lewat karir page IDStar. Kamu juga bisa langsung menghubungi contact us kami dan menanyakan ketersediaan lowongan kerja software tester, ya!
Potensi Karir Software Tester
Menurut U.S. Bureau of Labor Statistics, keseluruhan pekerjaan Software Development, Quality Assurance, dan Softwre Tester diperkirakan akan tumbuh 25 persen dari tahun 2022 hingga 2032, jauh lebih cepat dari rata-rata untuk semua pekerjaan.
Diperkirakan akan ada sekitar 153.900 pembukaan untuk pengembang perangkat lunak, analis jaminan kualitas, dan tester setiap tahun, rata-rata, selama dekade tersebut.
Baca juga: Gaji dan Potensi Karier Software Engineer di Indonesia
Tugas dan Tanggung Jawab Software Tester
Job desk software tester tentunya sangat beragam. Mungkin kamu membayangkan bahwa seorang software tester hanya bertugas menguji apa yang sudah dikerjakan software developer? Tidak salah memang, tapi ada detail pekerjaan yang ternyata dilakukan oleh software tester yang lain.
Dilansir dari salah satu Linkedin, pekerjaan software engineer adalah dijelaskan gambar berikut:
Melansir dari remotehub, berikut adalah beberapa tugas sebagai software tester:
- Berkolaborasi dengan tim proyek untuk menentukan lingkup pengujian, tujuan, dan strategi, serta membuat rencana pengujian yang rinci
- Bertanggung jawab untuk mendesain kasus uji yang memvalidasi fungsionalitas dan fitur perangkat lunak, serta mengeksekusi kasus uji tersebut
- Mendokumentasikan dan melaporkan defek yang ditemukan kepada tim pengembangan menggunakan alat pelacakan bug.
- Melakukan pengujian regresi untuk memastikan bahwa pembaruan baru tidak mempengaruhi fungsionalitas yang ada
- Menilai responsivitas, skalabilitas, dan stabilitas perangkat lunak di bawah berbagai beban kerja dan kondisi
- Menilai kompatibilitas perangkat lunak dengan sistem operasi, browser, perangkat, dan lingkungan jaringan yang berbeda
- Mengevaluasi resistensi perangkat lunak terhadap akses yang tidak sah, pelanggaran data, dan kerentanan keamanan potensial
- Melibatkan pengguna akhir untuk memastikan bahwa perangkat lunak memenuhi harapan dan persyaratan mereka
- Mempertahankan dokumentasi rinci dari semua kasus uji, hasil pengujian, dan defek
- Terus memperbarui keterampilan dan pengetahuan untuk tetap relevan di bidang yang terus berkembang ini.
Nah, mari kita bahas tentang detail tugasnya.
Seorang Software Tester memegang peran kunci dalam memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi standar yang ditetapkan sebelum dirilis.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai tugas dan tanggung jawab mereka:
1. Pengujian Fungsional
Tugas ini melibatkan pengujian setiap fungsi aplikasi untuk memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Software tester memeriksa setiap fitur untuk memastikan semua berjalan dengan benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. Pengujian Non-Fungsional
Berfokus pada aspek lain dari perangkat lunak yang tidak terkait langsung dengan fungsi spesifik, seperti keamanan, kinerja, dan kemampuan untuk menangani beban kerja.
Misalnya, menguji seberapa cepat perangkat lunak dapat beroperasi di bawah beban berat atau seberapa baik perangkat lunak dapat melindungi data dari akses tidak sah.
3. Pembuatan dan Pelaksanaan Tes Skrip
Mereka mendesain dan mengembangkan skrip tes yang meniru interaksi pengguna dengan sistem untuk menemukan bug atau kegagalan.
Ini melibatkan pemrograman tes otomatis serta pengujian manual untuk menutup semua aspek fungsi perangkat lunak.
4. Analisis Hasil
Setelah pengujian selesai, software tester menganalisis data yang dikumpulkan untuk menemukan dan mendokumentasikan kesalahan.
Analisis ini penting untuk memahami penyebab masalah dan bagaimana mereka dapat diatasi.
5. Kolaborasi dengan Tim Pengembangan
Software tester bekerja erat dengan pengembang software untuk memastikan bahwa semua masalah yang teridentifikasi selama pengujian ditangani.
Komunikasi yang efektif antara tester dan pengembang sangat krusial untuk proses perbaikan yang cepat dan efisien.
6. Pemeliharaan Dokumentasi
Mereka bertanggung jawab untuk mendokumentasikan proses pengujian dan hasilnya secara detail.
Dokumentasi ini tidak hanya penting untuk pengembangan saat ini tetapi juga sebagai referensi untuk proyek masa depan atau jika perlu dilakukan pengujian ulang.
Dengan melaksanakan tugas ini secara metodis dan sistematis, software tester menjamin kualitas akhir perangkat lunak, mengurangi risiko kegagalan setelah peluncuran, dan mendukung reputasi perusahaan pengembang sebagai penyedia solusi perangkat lunak yang andal
Cara Menjadi Software Tester
Apa yang harus dilakukan untuk berkarir sebagai software tester?
1. Memiliki pengetahuan soal software development
Jika kamu masih bersekolah di jenjang SMA, langkah terbaik adalah mengambil kuliah atau pendidikan formal untuk jurusan IT. Kamu akan dihadapkan dengan berbagai macam proses sehingga akhirnya memiliki pemahaman kuat soal software development.
Namun, jika kamu adalah seorang fresh graduate yang tidak memiliki background IT tapi ingin menjadi software tester, maka kamu bisa menempuh berbagai cara.
- Belajar otodidak, ada banyak platform yang bisa kamu manfaatkan seperti Youtube untuk belajar soal software development
- Mencari mentor, kamu perlu banyak bergaul dan memperluas koneksi. Mencari mentor yang bisa membimbingmu bisa membuat kamu paham dengan cepat soal software development. Kamu bisa mencari mentor di ADPList.
2. Paham dasar pemrograman dan algoritma
Paham bagaimana dasar pemrograman dan algoritma adalah langkah penting untuk menjadi software tester. Mengapa? Meskipun tidak semua perusahaan mengharuskan, tapi dengan mengetahui bahasa pemrograman, kamu memiliki nilai plus di mata perusahaan.
Tak hanya sekedar mengetes software, kamu akan tahu apa penyebabnya dan bagaimana langkah solvingnya. Sehingga, kamu bisa lebih lancar berkomunikasi dengan tim software developer.
3. Mengikuti pelatihan sertifikasi
Pelatihan dan sertifikasi itu penting. Dengan mengikuti pelatihan seperti bootcamp, kamu tidak hanya memiliki pengetahuan yang kamu tahu sebelumnya. Kamu akan mendapatkan berbagai pandangan dari mentor dan peserta pelatihan lainnya.
Nah, meskipun misalnya kamu sudah sarjana atau mengenyam pendidikan formal IT, tidak ada salahnya untuk tetap rutin mengikuti pelatihan agar wawasan kamu bertambah seiring berjalan waktu.
4. Miliki portofolio yang relevan
Bisa kah yang tidak memiliki background IT menjadi software engineer? Bagiamana cara mendapatkan portofolionya? Tenang saja, portfoloio di sini tidak harus yang berkaitan dengan software tester, kok. Kamu cukup mengetahui bidang atau flow bisnis.
Misalnya, kamu berpengalaman kerja di bidang investasi, kamu paham bisnis flow-nya, pahami bagaimana cara kerja aplikasi di bidang tersebut. Jika sudah paham seluk-beluknya, kamu jadi lebih mudah untuk memetakan portofolionya.
Misalnya, kamu menemukan bug dalam aplikasi, kamu bisa mendokumentasikan bug tersebut ke dalam dokumen disertai penjelasan bug-nya serta solusinya seperti apa. Ya, sesimpel itu.
Kamu pun bisa melakukan testing manual untuk aplikasi perusahaan lain, seperti aplikasi Gojek, carilah bug yang ada, dokumentasikan, dan jadikan portfolio.
5. Pelajari berbagai tools pendukung
Nah, untuk membantumu menjadi seorang software tester, kamu bisa mempelajari beberapa tools penting yang digunakan oleh penguji perangkat lunak. Kamu bisa menggunakan tools seperti automation testing, test management tools, dan lainnya.
Di bawah tulisan ini akan kami jelaskan beberapa tools penting pendukung pekerjaan seorang software tester. Tidak perlu menguasai semuanya, cukup beberapa yang kamu bisa jadikan acuan untuk memulai karir software tester. Pelajari tools tersebut melalui tutorial di Youtube atau coba-coba sendiri.
Baca juga: Peluang Karir QA Engineer Serta Gaji & Tugasnya
10 Tools Software Tester dan Manfaatnya
Sebagai software tester, memanfaatkan berbagai tools akan sangat membantu dalam memastikan kualitas dan efisiensi pengujian perangkat lunak. Berikut adalah beberapa kategori tools yang esensial dalam dunia software testing:
1. Automation Testing Tools
Tools seperti Selenium, QTP/UFT, dan TestComplete memungkinkan otomatisasi pengujian UI dan fungsional, mengurangi waktu dan usaha dalam pengujian manual.
Automation Testing Tools (Selenium) digunakan untuk mengotomatiskan tes pada aplikasi web. Misalnya, Selenium bisa digunakan untuk mengecek fungsionalitas login dan logout pada sebuah aplikasi web secara berulang tanpa intervensi manusia.
2. Performance Testing Tools
Tools seperti LoadRunner, JMeter, dan Gatling digunakan untuk menguji dan memastikan kinerja aplikasi dalam kondisi beban tertentu, penting untuk validasi skalabilitas dan stabilitas aplikasi.
Performance Testing Tools (JMeter): Digunakan untuk menguji kinerja dan kehandalan server aplikasi. Contoh kasusnya adalah menguji seberapa banyak request yang dapat ditangani oleh server sebelum mulai mengalami penurunan performa.
3. Test Management Tools
Tools seperti TestRail, JIRA, dan qTest menyediakan platform untuk mengatur, melacak, dan mengelola siklus pengujian secara efisien.
Test Management Tools (TestRail): Digunakan untuk mengelola kasus-kasus tes dan melacak hasil tes. Misalnya, sebuah tim pengembang menggunakan TestRail untuk menyimpan semua skenario tes dan hasilnya untuk referensi di masa mendatang.
4. Bug Tracking Tools
Tools seperti Bugzilla, MantisBT, dan Redmine membantu dalam melacak dan mengelola isu atau bug yang ditemukan selama pengujian.
Bug Tracking Tools (Bugzilla): Digunakan untuk melacak dan mengelola laporan bug. Contoh kasusnya adalah tim QA melaporkan bug yang ditemukan selama pengujian dan menggunakan Bugzilla untuk memonitor status perbaikan bug tersebut.
5. API Testing Tools
Tools seperti Postman dan SoapUI spesialisasi dalam pengujian API, memastikan bahwa interface aplikasi berfungsi sesuai harapan.
API Testing Tools (Postman): Digunakan untuk menguji API untuk memastikan respons yang tepat dari endpoint. Contoh kasusnya adalah menguji API pembayaran untuk memverifikasi bahwa transaksi berhasil diproses.
6. Security Testing Tools
Tools seperti OWASP ZAP, Nessus, dan Wireshark penting untuk pengujian keamanan, membantu mengidentifikasi dan mitigasi potensi kerentanan keamanan.
Security Testing Tools (OWASP ZAP): Digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan pada aplikasi web. Sebagai contoh, OWASP ZAP dapat digunakan untuk melakukan penyerangan simulasi cross-site scripting (XSS) pada aplikasi web
7. Mobile Testing Tools
Tools seperti Appium, Espresso, dan XCTest khusus dirancang untuk pengujian aplikasi mobile, memastikan bahwa aplikasi berjalan dengan baik di berbagai perangkat dan sistem operasi.
Mobile Testing Tools (Appium): Digunakan untuk menguji aplikasi seluler di berbagai platform. Misalnya, Appium digunakan untuk mengotomatiskan pengujian UI pada aplikasi Android dan iOS untuk memastikan konsistensi antar platform.
8. CI/CD Tools
Jenkins, Travis CI, dan GitLab CI/CD memfasilitasi integrasi dan deployment kode secara otomatis dan berkelanjutan, mempercepat siklus release.
CI/CD Tools (Jenkins): Digunakan untuk mengotomatiskan tahapan pengembangan software seperti build, test, dan deployment. Contoh penggunaannya adalah Jenkins yang mengatur pipeline CI/CD yang otomatis menjalankan build dan tes setiap kali kode diperbarui
9. Cross-browser Testing Tools
Tools seperti Sauce Labs dan BrowserStack memungkinkan pengujian lintas browser, memastikan konsistensi pengalaman pengguna.
Cross-browser Testing Tools (BrowserStack): Digunakan untuk menguji aplikasi web di berbagai browser dan sistem operasi untuk memastikan kompatibilitas. Sebagai contoh, BrowserStack dapat digunakan untuk menguji tampilan website pada versi terbaru Chrome, Firefox, dan Safari
10. Version Control Systems
Sistem kontrol versi seperti Git dan SVN esensial untuk manajemen kode sumber, mendukung kolaborasi dan pelacakan perubahan efektif.
Dengan memanfaatkan tools ini, software tester dapat meningkatkan akurasi pengujian, mempercepat waktu pengembangan, dan menghasilkan perangkat lunak yang lebih robust dan andal.
Version Control Systems (Git): Digunakan untuk manajemen kode sumber. Contoh penggunaannya adalah pengembang menggunakan Git untuk kolaborasi dalam tim besar, memastikan bahwa perubahan kode dapat dilacak dan dikelola dengan efisien
Ada banyak tools yang digunakan seperti yang dijelaskan di atas. Namun, tidak semua tools harus dikuasai, kok. Semua tergantung kebutuhan dan kebijakan perusahaan. Bagi yang belum mengetahui salah satu di atas, kamu bisa belajar otodidak dengan mencoba versi trial-nya atau melihat tutorialnya di Youtube.
Gaji Software Tester Indonesia
Mungkin kamu bertanya-tanya, dari tugas dan tanggungjawab yang begitu banyak, berapa gaji software tester di Indonesia? Nah, berdasarkan informasi yang dilansir dari Glasdoor, estimasi gaji software tester di Indonesia berada di rentang Rp11.000.000 hingga Rp33.000.000.
Nah, nominal pasti dari rentang gaji tersebut akan disesuaikan dengan banyak faktor, seperti pengalaman kandidat, industri, lokasi, hingga kemampuan perusahaan.
Itulah penjelasan mengenai software tester, bagaimana potensi karirnya, tools apa yang sering digunakan, cara meraih karirnya, potensi hingga prospek gajinya. Kebayang kan? Bagi kamu yang ingin menjadi software tester, kamu bisa menghubungi kami dan menanyakan ketersediaan lowongan kerja software tester.