Risk Acceptance Criteria: Pengertian, Elemen, dan Contoh Nyata

risk acceptance criteria

Di era bisnis yang dinamis, setiap keputusan pasti mengandung risiko, baik kecil maupun besar. Untuk mengelolanya, perusahaan membutuhkan panduan yang jelas tentang kapan risiko masih bisa diterima dan kapan harus ditolak.

Di sinilah konsep Risk Acceptance Criteria (RAC) berperan penting.

Apa Itu Risk Acceptance Criteria?

Risk Acceptance Criteria (RAC) adalah parameter atau batasan yang digunakan organisasi untuk menentukan apakah suatu risiko masih dapat diterima atau perlu tindakan mitigasi lebih lanjut.

Secara sederhana, ini adalah standar pengambilan keputusan berbasis risiko, menilai apakah dampak dan kemungkinan dari sebuah peristiwa masih sesuai dengan risk appetite (selera risiko) perusahaan.

Contoh:
Jika risiko kehilangan data pelanggan memiliki probabilitas rendah dan kerugian di bawah Rp10 juta, organisasi bisa menetapkannya sebagai “risiko yang dapat diterima”.
Tapi jika kerugian berpotensi mencapai miliaran dan berdampak pada reputasi, maka risiko tersebut harus dimitigasi atau diasuransikan.

Baca juga: Jenis AI Agent dan Contoh Aplikasinya di Dunia Nyata

Hubungan Risk Acceptance dengan Risk Appetite dan Tolerance

Untuk memahami cara kerja RAC, penting mengenali tiga istilah utama dalam manajemen risiko:

Istilah Pengertian Contoh
Risk Appetite Tingkat risiko yang masih bisa diterima organisasi secara umum. Perusahaan bersedia mengambil risiko tinggi demi inovasi produk baru.
Risk Tolerance Batas maksimum penyimpangan yang masih bisa ditoleransi. Maksimal kerugian 5% dari laba tahunan.
Risk Acceptance Criteria Aturan teknis untuk menilai apakah suatu risiko sesuai dengan appetite & tolerance. Risiko dianggap dapat diterima bila nilai dampaknya ≤5% dan frekuensi ≤2 kali per tahun.

Dengan demikian, risk acceptance criteria menjadi “penerjemah praktis” dari risk appetite dan tolerance agar semua keputusan dapat diukur secara objektif.

Elemen Kunci dalam Risk Acceptance Criteria

Setiap organisasi bisa memiliki versi berbeda, tetapi secara umum elemen RAC meliputi:

1. Tingkat Kemungkinan (Likelihood)

Seberapa besar peluang suatu risiko terjadi. Biasanya dikategorikan menjadi rendah, sedang, atau tinggi.

2. Dampak (Impact/Severity)

Menilai seberapa besar konsekuensi jika risiko terjadi, baik secara finansial, operasional, hukum, maupun reputasi.

3. Matriks Risiko (Risk Matrix)

Gabungan antara kemungkinan dan dampak untuk menentukan tingkat risiko total.
Contoh kategori:

  • Low (Hijau): Dapat diterima tanpa tindakan tambahan

  • Medium (Kuning): Perlu pemantauan rutin

  • High (Merah): Harus dimitigasi segera

4. Kriteria Kualitatif & Kuantitatif

Beberapa organisasi menggunakan nilai numerik (contoh: skor risiko ≤ 10 dianggap rendah), sementara lainnya memakai kategori verbal (minor, moderate, major).

5. Konfirmasi dan Dokumentasi

Setiap keputusan penerimaan risiko harus didokumentasikan sebagai bukti kepatuhan dan transparansi.

Manfaat Penerapan Risk Acceptance Criteria yang Efektif

Penerapan RAC tidak hanya memenuhi aspek kepatuhan, tetapi juga menjadi fondasi bagi pengambilan keputusan bisnis yang sehat.

1. Meningkatkan Stabilitas Keuangan

Dengan memahami batas risiko yang bisa diterima, perusahaan dapat menghindari kerugian besar akibat keputusan impulsif.

2. Meningkatkan Profitabilitas

RAC membantu manajemen mengambil risiko yang terukur, bukan menghindari risiko sama sekali, sehingga peluang bisnis tetap terbuka tanpa menyalahi prinsip kehati-hatian.

3. Membangun Kepercayaan Investor dan Regulator

Investor dan otoritas keuangan melihat perusahaan dengan sistem manajemen risiko yang jelas sebagai entitas lebih kredibel dan transparan.

4. Meningkatkan Kepatuhan Regulasi

Penerapan RAC sering menjadi persyaratan dalam standar seperti ISO 31000, OJK Risk Governance Framework, atau Basel II/III di industri perbankan.

5. Memperkuat Pengambilan Keputusan Strategis

Dengan data risiko yang terukur, manajemen dapat memutuskan prioritas investasi, ekspansi, atau inovasi dengan keyakinan berbasis data.

Baca juga: RPA dan Hyperautomation, Apa Bedanya?

Contoh Penerapan Risk Acceptance Criteria di Dunia Nyata

a. Perbankan dan Keuangan

Bank menggunakan RAC untuk menentukan batas pinjaman, profil risiko kredit, dan eksposur maksimum per sektor.

b. Teknologi dan Data Security

Perusahaan IT menetapkan RAC untuk menentukan risiko keamanan siber mana yang bisa diterima, misalnya bug minor vs pelanggaran data besar.

c. Konstruksi dan Manufaktur

RAC diterapkan dalam manajemen keselamatan kerja (HSE), menentukan tingkat kecelakaan yang masih dapat diterima berdasarkan regulasi K3.

Tantangan Umum dalam Implementasi RAC

  • Penentuan kriteria terlalu subjektif tanpa data historis.

  • Kurangnya integrasi dengan sistem monitoring risiko digital.

  • Dokumentasi tidak konsisten sehingga sulit diaudit.

  • Tidak diperbarui sesuai dinamika bisnis atau regulasi baru.

Solusi: Otomatisasi Manajemen Risiko

Kini, banyak perusahaan beralih ke sistem risk management automation yang membantu:

  • Menghitung skor risiko secara otomatis berdasarkan data real-time.

  • Menyusun laporan RAC secara cepat untuk audit atau regulator.

  • Mendeteksi anomali sejak dini agar keputusan lebih presisi.

IDstar sebagai partner digital transformation menyediakan solusi otomasi dan integrasi sistem Risk Management berbasis AI, termasuk pembuatan dashboard RAC yang memantau risk tolerance dan compliance metrics secara real-time.

Pelajari solusi otomasi IDstar dan bagaimana teknologi dapat memperkuat penerapan Risk Acceptance Criteria di perusahaan Anda.

Baca juga: Peran Data Warehousing dalam Business Intelligence

Kesimpulan

  • Risk Acceptance Criteria adalah standar pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat risiko yang masih dapat diterima.

  • Elemen kuncinya meliputi kemungkinan, dampak, dan nilai toleransi yang diatur secara sistematis.

  • Dengan penerapan yang baik, RAC membantu perusahaan menjadi lebih stabil, patuh, dan berdaya saing tinggi.

  • Integrasi teknologi seperti automasi dan analitik risiko menjadikan proses ini lebih cepat, akurat, dan adaptif terhadap perubahan bisnis.

Referensi

  1. ISO 31000:2018 – Risk Management Guidelines

  2. OJK – Risk Governance Framework (2023)

  3. Deloitte Insights – Operationalizing Risk Appetite & Acceptance (2024)

  4. Investopedia – Understanding Risk Tolerance and Risk Criteria (2024)

Saatnya Bisnis Anda Bergerak Lebih Cepat

Tinggalkan proses manual.
Gunakan Agentic Automation dan IT Outsourcing dari IDstar untuk kerja lebih cepat, efisien, dan scalable.

Alongside with 7000+ Subscribers

Get the latest news about IT industry from IDstar directly to your email





We value your data safety. View Privacy Policy

agent Chat Us
×