Langkah-langkah Automation Testing untuk Bisnis | IDstar

Langkah-langkah Implementasi Automation Testing untuk Bisnis Anda

Langkah-langkah Implementasi Automation Testing untuk Bisnis Anda

IDstar – Automation testing sering kali terdengar sebagai solusi ajaib untuk mempercepat proses pengujian, tapi kenyataannya tidak sesederhana itu.

Mungkin Anda sudah mencoba manual testing, tapi hasilnya lambat, memakan banyak waktu, dan sering kali tidak akurat. Apalagi, jika aplikasi yang Anda kembangkan semakin kompleks, tantangan semakin bertambah.

Nah, di sinilah automation testing bisa menjadi jawabannya. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah penting untuk menjalankan automation testing dengan benar dan efektif.

Apa Itu Automation Testing?

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa bedanya manual testing dengan automation testing? Sederhananya, automation testing adalah proses menggunakan software untuk menjalankan test case secara otomatis, tanpa intervensi manual.

Mengapa ini penting? Karena dalam bisnis B2B, kecepatan dan ketepatan sangat krusial. Bayangkan, jika ada bug yang lolos karena pengujian manual yang kurang efisien, dampaknya bisa merugikan reputasi Anda di depan klien.

Automation testing tidak hanya membantu menemukan bug lebih cepat, tetapi juga memastikan bahwa aplikasi Anda berjalan sesuai dengan standar yang diharapkan.

Dengan begitu, Anda bisa fokus pada pengembangan produk tanpa khawatir tentang masalah teknis yang dapat muncul setelah rilis.

8 Langkah untuk Implementasi Automation Testing di Bisnis Anda

Nah, apa saja sih langkah yang perlu Anda ambil? Berikut penjelasannya.

1. Menentukan Lingkup dan Tujuan Pengujian

Pertanyaan pertama yang harus Anda jawab adalah: Apa yang ingin diuji?
Sering kali, perusahaan melakukan kesalahan dengan mencoba mengotomatisasi segalanya. Padahal, tidak semua proses pengujian perlu diotomatisasi. Langkah pertama yang paling penting adalah menentukan lingkup pengujian.

Fokuslah pada area yang paling kritis, seperti fitur yang paling sering digunakan atau area yang rentan terhadap bug.

Misalnya, jika Anda sedang mengembangkan aplikasi fintech, Anda mungkin ingin fokus pada pengujian keamanan dan transaksi keuangan yang rentan terhadap kesalahan.

Pastikan Anda memiliki tujuan yang jelas, seperti meningkatkan kecepatan pengujian atau mengurangi kesalahan manusia, sehingga automation testing benar-benar memberikan hasil yang diinginkan.

2. Memilih Alat Automation Testing yang Tepat

Alat apa yang sebaiknya Anda gunakan?
Pasar dipenuhi dengan berbagai alat automation testing, dari yang gratis seperti Selenium hingga yang berbayar seperti TestComplete. Pilihan alat yang salah bisa memperlambat proses Anda.

Untuk bisnis B2B, penting untuk memilih alat yang cocok dengan teknologi yang Anda gunakan serta kemampuan tim Anda.

Jika aplikasi Anda berbasis web, Selenium mungkin menjadi pilihan yang tepat karena fleksibilitasnya.

Namun, jika tim Anda tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam pengkodean, alat seperti Katalon Studio yang lebih user-friendly bisa menjadi solusi.

Baca juga: Manual Testing VS Automation Testing, Cari Tahu Letak Bedanya

3. Membuat Test Case yang Dapat Diotomatisasi

Apa saja test case yang bisa dan tidak bisa diotomatisasi?
Tidak semua pengujian bisa diotomatisasi. Fokuslah pada test case yang sering diulang, memerlukan banyak data, atau yang memakan waktu lama jika dilakukan secara manual.

Misalnya, pengujian login, checkout, atau transaksi di aplikasi e-commerce adalah contoh test case yang ideal untuk diotomatisasi.

Langkah ini akan membantu Anda menghemat waktu yang sebelumnya dihabiskan untuk pengujian manual berulang-ulang.

Selain itu, automation testing memungkinkan Anda menjalankan pengujian lebih sering, sehingga bug bisa ditemukan lebih awal dalam proses pengembangan.

4. Menyiapkan Lingkungan Pengujian yang Stabil

Lingkungan pengujian yang tidak stabil = Hasil yang tidak dapat diandalkan.
Sebelum memulai automation testing, pastikan bahwa lingkungan pengujian sudah siap. Lingkungan pengujian yang stabil adalah fondasi dari setiap pengujian yang sukses.

Ini melibatkan pengaturan server, database, dan perangkat lunak yang mendukung aplikasi Anda. Jika lingkungan pengujian tidak stabil, hasil dari automation testing akan tidak akurat dan bisa menyesatkan keputusan bisnis Anda.

5. Menulis dan Memelihara Skrip Pengujian

Skrip pengujian adalah jantung dari automation testing.
Menulis skrip yang baik bukan hanya tentang menjalankan pengujian, tapi juga tentang memastikan bahwa skrip tersebut dapat dipelihara di masa depan.

Gunakan prinsip-prinsip coding yang baik: buat skrip yang modular dan mudah dipahami, sehingga ketika ada perubahan di aplikasi, skrip Anda bisa dengan mudah diadaptasi.

Pengujian regresi, misalnya, sangat krusial di sini. Anda harus memastikan bahwa perubahan pada satu bagian aplikasi tidak mempengaruhi bagian lain secara negatif.

Dengan skrip yang terstruktur, Anda bisa memastikan bahwa setiap pembaruan atau fitur baru tidak mengganggu fungsi yang sudah ada.

Baca juga: TaaS atau Automation Testing? Mana Lebih Cocok untuk Bisnis Anda?

6. Menjalankan Automation Testing dan Mengelola Hasilnya

Anda tidak bisa hanya menjalankan pengujian dan berharap hasilnya baik-baik saja.
Pengujian yang baik adalah pengujian yang dimonitor. Jalankan automation testing pada jadwal yang teratur dan pastikan untuk memeriksa hasilnya secara berkala.

Banyak perusahaan menggunakan CI/CD pipeline untuk mengotomatiskan eksekusi pengujian, sehingga setiap perubahan kode langsung diuji secara otomatis.

Dengan sistem seperti ini, Anda bisa segera mengetahui jika ada masalah yang perlu ditangani sebelum mempengaruhi produksi. Ini juga mengurangi waktu downtime yang biasanya terjadi ketika masalah tidak ditemukan lebih awal.

7. Analisis Hasil dan Laporan Pengujian

Apa yang bisa Anda pelajari dari hasil pengujian?
Setelah pengujian selesai, langkah berikutnya adalah menganalisis hasilnya. Data dari automation testing memberikan wawasan berharga tentang kesehatan aplikasi Anda.

Adakah bug yang terlewat? Apakah performa aplikasi sesuai harapan?

Pastikan laporan yang dihasilkan dapat dipahami oleh berbagai pemangku kepentingan. Bukan hanya tim teknis, tetapi juga manajer proyek dan klien. Semakin jelas laporan Anda, semakin mudah bagi tim lain untuk mengambil tindakan berdasarkan hasil pengujian.

8. Memelihara dan Memperbarui Skrip Pengujian

Automation testing bukanlah proses sekali jadi.
Karena aplikasi terus berkembang, skrip pengujian juga harus diperbarui. Ini mungkin menjadi tantangan terbesar dalam automation testing—memastikan bahwa skrip Anda tetap relevan dan dapat menyesuaikan dengan perubahan.

Buatlah jadwal pemeliharaan berkala dan pastikan bahwa setiap pembaruan aplikasi didampingi oleh pembaruan pada skrip pengujian.

Kesimpulan

Automation testing dapat menjadi game-changer bagi bisnis Anda, terutama dalam menghadapi tantangan kompleksitas dan skala besar di dunia B2B.

Dengan mengikuti langkah-langkah yang tepat, Anda dapat memastikan pengujian yang lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efisien.

Jangan biarkan proses pengujian menghambat pertumbuhan bisnis Anda—alih-alih, jadikan automation testing sebagai aset yang memperkuat keunggulan kompetitif Anda.

Ingin Meningkatkan Efisiensi Pengujian Anda?

IDStar siap membantu bisnis Anda dalam menerapkan automation testing yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Hubungi kami sekarang dan lihat bagaimana kami bisa membantu Anda mencapai efisiensi pengujian maksimal!

Yuk, cari tahu bagaimana IDStar dapat membantu bisnis Anda.

Hubungi kami dan konsultasikan kebutuhan Anda, sekarang juga!

contact us
Rate this post

Share

Chat Us