' Apa Itu SDLC: Definisi & Tahapan Penting | IDstar

Apa Itu SDLC: Tujuan dan Tahapannya

Ilustrasi Apa Itu SDLC Definisi & Tahapan Penting

Anda memulai proyek software dengan harapan besar, ingin selesai tepat waktu, sesuai anggaran, dan berjalan sesuai kebutuhan pengguna.

Tapi tanpa kerangka kerja yang jelas, kemungkinan besar Anda menghadapi risiko: keterlambatan, pembengkakan biaya, atau hasil software yang jauh dari ekspektasi. SDLC (Software Development Life Cycle) hadir untuk membantu Anda menghindari risiko-risiko itu.

SDLC adalah kerangka kerja yang digunakan tim pengembangan untuk merancang, membangun, menguji, dan memelihara perangkat lunak secara sistematis, sehingga hasil akhirnya bisa berkualitas, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan pengguna (IBM Think, 2024).

Setelah memahami apa itu SDLC sejak awal, perusahaan Anda punya pondasi yang jelas sebelum tim mulai coding, membuat seluruh tahapan pengembangan menjadi lebih terencana, dapat dikontrol, dan transparan (AWS, 2025). 

Mengapa SDLC Penting untuk Proyek Software Perusahaan Anda

SDLC membantu menyelaraskan seluruh pemangku kepentingan: dari manajemen, project owner, pengguna akhir, hingga tim developer. Dengan tahapan yang jelas, estimasi anggaran dan waktu bisa lebih akurat, risiko bisa diminimalisasi, dan ekspektasi terpenuhi sejak awal (Telkom University, 2024).

Apalagi ketika proyek Anda kompleks, misalnya untuk sistem internal, aplikasi enterprise, integrasi dengan sistem legacy, SDLC memastikan tiap fase berjalan dengan standar, dokumentasi, dan kontrol yang memadai (Javan, 2025).

Baca juga: 10 Cara Memilih Jasa Software Development untuk Bisnis

7 Tahap SDLC yang Wajib Anda Ketahui

Sebelum masuk ke detail tiap tahap, kita perlu tahu bahwa SDLC umumnya dibagi menjadi 7 fase utama sebagai berikut.

gambar tahapan sdlc
7 Tahap SDLC secara umum

1. Perencanaan (Planning)

Di fase ini, tim menetapkan tujuan proyek, ruang lingkup, sumber daya, jadwal, anggaran, dan mengidentifikasi risiko sejak awal (Telkom University, 2024).

Perencanaan yang rinci membantu semua pihak memahami ekspektasi, siapa bertanggung jawab apa, kapan target tercapai, serta membatasi ruang improvisasi yang bisa menyebabkan kegagalan.

2. Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)

Setelah tujuan jelas, tim bersama stakeholder mendefinisikan kebutuhan fungsional dan non-fungsional software — siapa pengguna, fitur apa yang dibutuhkan, standar keamanan, performa, hingga antarmuka (Javan, 2025).

Dokumentasi kebutuhan ini (misalnya SRS) jadi acuan seluruh tim — memastikan hasil akhir sesuai kebutuhan bisnis (Telkom University, 2024).

3. Desain Sistem (Design)

Dengan kebutuhan jelas, tim lalu membuat blueprint: arsitektur sistem, struktur data, UI/UX, integrasi, jalur alur data, agar developer punya panduan teknis sebelum coding (Atlassian, 2025).

Desain ini membantu meminimalkan revisi besar, fitur, modul, atau struktur ulang di tahap akhir, dan menjaga konsistensi teknis proyek.

4. Pengembangan (Development)

Di tahap ini semua desain diterjemahkan ke kode: developer membangun modul, fitur, integrasi, sesuai spesifikasi (Telkom University, 2024).

Dengan mengikuti kerangka SDLC, tim tetap fokus dan terstruktur, mencegah improvisasi ad-hoc yang bisa mengakibatkan teknis debt atau bug di kemudian hari.

5. Pengujian (Testing)

Setelah development selesai, software diuji menyeluruh: unit testing, integrasi, sistem, hingga acceptance testing, untuk mendeteksi bug dan memastikan software stabil, aman, dan sesuai ekspektasi pengguna (Atlassian, 2025).

Testing menjadi filter penting sebelum software digunakan, menjaga kualitas dan meminimalkan risiko kerugian akibat bug atau kesalahan.

Baca juga: 10 Perusahaan Software House di Indonesia

6. Implementasi / Deployment

Ketika software lulus uji, tahap berikutnya adalah deployment ke lingkungan produksi, software resmi digunakan oleh pengguna atau klien (Telkom University, 2024).

Proses ini juga biasanya melibatkan migrasi data, pelatihan pengguna, dan dokumentasi, penting agar penerapan software berjalan mulus dan adopsi cepat.

7. Pemeliharaan (Maintenance)

Setelah live, software tetap butuh maintenance: perbaikan bug, update fitur, adaptasi terhadap perubahan kebutuhan atau lingkungan, agar software tetap relevan dan berjalan optimal dalam jangka panjang (Telkom University, 2024).

Dengan fase maintenance, Anda bisa memastikan investasi software membawa nilai jangka panjang bagi perusahaan.

Tujuan atau Manfaat SDLC untuk Perusahaan Anda

Dengan mengikuti SDLC secara disiplin, perusahaan bisa memperoleh:

  • Proses pengembangan yang terstruktur & transparan, memudahkan koordinasi semua tim dan stakeholder.
  • Estimasi anggaran & waktu yang lebih realistis, membantu perencanaan dan manajemen risiko.
  • Kualitas software yang lebih tinggi  karena pengujian dan kontrol di tiap fase.
  • Kemudahan maintenance & scalability, software lebih mudah diperbarui, diadaptasi sesuai kebutuhan bisnis.
  • Dokumentasi & dokumenter proyek lengkap, penting bila proyek besar atau melibatkan banyak tim.

Untuk perusahaan dengan kebutuhan kompleks (enterprise, integrasi sistem, workflow otomatis, dsb), manfaat ini sangat krusial agar proyek sukses dan investasi IT Anda terjaga.

Frequently Asked Questions (FAQ)/Pertanyaan Umum Mengenai SDLC

Apa perbedaan antara SDLC dan metode Agile?

SDLC adalah kerangka kerja yang mendefinisikan tahapan dari awal hingga akhir pengembangan software (perencanaan → maintenance). Metode Agile bisa dijalankan di dalam kerangka SDLC, dengan cara memecah fase pengembangan menjadi iterasi pendek dan fleksibel, cocok jika proyek memerlukan adaptasi cepat terhadap perubahan kebutuhan.

Baca juga: Mengapa Agile Software Development Penting?

Berapa lama setiap tahap SDLC biasanya berlangsung?

Durasi tiap tahap sangat tergantung pada kompleksitas proyek, ukuran tim, dan ruang lingkup fitur. Sebagai gambaran: tahap planning & requirement bisa berlangsung beberapa minggu; desain & development butuh beberapa bulan; testing, deployment, hingga maintenance berkelanjutan selama umur software, sehingga SDLC memberi struktur fleksibel sesuai kebutuhan perusahaan.

Apakah semua proyek harus mengikuti semua tahap SDLC?

Idealnya ya, terutama untuk proyek enterprise atau proyek besar. Melewati seluruh tahap membantu mencegah bug, miskomunikasi, scope creep, dan membantu dokumentasi untuk pemeliharaan ke depan. Namun, untuk proyek kecil atau prototipe, beberapa tahap bisa dipersingkat dengan risiko yang harus diperhitungkan.

Apa risiko jika melewatkan tahap SDLC, misalnya testing atau desain?

Risiko utama: peningkatan bug & error, ketidaksesuaian dengan kebutuhan pengguna, biaya perbaikan yang besar, ketidakstabilan sistem, dan kesulitan dalam pemeliharaan atau pengembangan lanjutan. Tanpa tahapan struktur, proyek jadi rentan gagal.

Siapa saja stakeholder yang ideal terlibat di setiap fase SDLC?

Pemangku kepentingan (stakeholder) ideal: manajemen/decision-maker, project owner, analis kebutuhan (business analyst), tim developer, tim QA/testing, serta pengguna akhir/client. Keterlibatan semua pihak penting agar kebutuhan, harapan, dan deliverable jelas sejak awal.

Apakah SDLC masih relevan di era DevOps, CI/CD, dan Agile modern?

Ya, SDLC tetap relevan sebagai kerangka dasar. Bahkan DevOps atau CI/CD bisa dianggap sebagai pengembangan lebih lanjut dari fase deployment & maintenance SDLC. Dengan mengombinasikan SDLC + DevOps, perusahaan mendapatkan struktur + fleksibilitas.

Bagaimana cara perusahaan memulai SDLC jika belum pernah menggunakannya?

Langkah awal: define scope dan tujuan proyek, dokumentasikan kebutuhan (requirement), buat desain awal, atur timeline & anggaran, libatkan stakeholder utama, bikin dokumentasi & quality gates di setiap fase, dan jalankan testing sebelum deploy. Ini membantu membangun budaya pengembangan software yang terstruktur dan profesional.

Baca juga: 7 Metode Testing Software Penting untuk Developer dan QA

Konsultasikan Pengembangan Software di IDstar, GRATIS!

SDLC bukan sekadar teori, ia adalah kerangka kerja nyata yang membantu proyek software berjalan efisien, terstruktur, dan sesuai kebutuhan.

Kalau Anda ingin proyek Anda selesai tepat waktu, tetap berkualitas, dan siap dikembangkan lebih lanjut, SDLC adalah fondasinya.

Pada era pengembangan software yang semakin cepat dan kompleks, IDstar menghadirkan keunggulan unik melalui agentic AI yang mampu mendampingi setiap tahapan SDLC secara otomatis, dari analisis hingga pemeliharaan.

Dengan platform agentic AI kami, tim Anda tidak hanya mengikuti kerangka SDLC, tetapi menjalankannya dengan percepatan, akurasi, dan skalabilitas yang sulit dicapai secara manual.

Gabungkan dengan layanan outsourcing IT talent kami, dan Anda mendapatkan solusi end-to-end yang siap mencoba transformasi digital Anda. Hubungi IDstar, wujudkan proyek Anda dengan hasil maksimal. Digital Transformation? #IDstarinAja


Referensi Kredibel:

  1. Amazon Web Services. (2025). What is SDLC? AWS. https://aws.amazon.com/id/what-is/sdlc/
  2. Atlassian. (2025). The 7 phases of the software development life cycle. Atlassian. https://www.atlassian.com/agile/software-development/sdlc
  3. IBM. (2025). Apa Itu Siklus Hidup Pengembangan Perangkat Lunak (SDLC)? https://www.ibm.com/id-id/think/topics/sdlc
  4. Javan. (2025). Tahapan Software Development Life Cycle (SDLC) dan Penerapannya di Dunia IT. Javan. https://javan.co.id/id/blog/artikel-pengetahuan-1/tahapan-software-development-life-cycle-sdlc-dan-penerapannya-di-dunia-it-50/
  5. Telkom University DTI. (2024). Software Development Life Cycle (SDLC). Telkom University. https://dti-jkt.telkomuniversity.ac.id/software-development-life-cycle-sdlc/

Saatnya Bisnis Anda Bergerak Lebih Cepat

Tinggalkan proses manual.
Gunakan Agentic Automation dan IT Outsourcing dari IDstar untuk kerja lebih cepat, efisien, dan scalable.

Alongside with 7000+ Subscribers

Get the latest news about IT industry from IDstar directly to your email





We value your data safety. View Privacy Policy

agent Chat Us
×