' 8 Penyebab Banyaknya Startup Bangkrut di Indonesia - IDstar

8 Startup Bangkrut di Indonesia, Apa Penyebab Utamanya?

Ilustrasi Penyebab Banyaknya Startup Bangkrut di Indonesia

Kabar bangkrutnya start up bisa menjadi hal yang paling ditakutkan jika Anda sedang mempertimbangkan untuk bergabung, berinvestasi, atau mendirikan startup sendiri. Kita tahu betul, rasanya sangat mengkhawatirkan ketika kita melihat teman seperjuangan di ekosistem rintisan harus menggulung tikar.

Banyak sekali artikel yang hanya menyebut “startup bangkrut” secara umum, tanpa membedah faktor internal seperti operasional buruk atau infisiensi manajemen itu sendiri.

Oleh karena itu, kita perlu tahu startup apa saja yang sudah bangkrut. Yang lebih penting lagi, kita juga harus tahu mengapa mereka bisa gagal, sehingga Anda (founder, investor, atau profesional) bisa menarik pelajaran agar tidak salah langkah dalam mengelola start up.

Baca juga: 25 Ide Bisnis Digital Menjanjikan di Tahun 2026

Daftar Startup yang Sudah dan Sempat Bangkrut

Berikut beberapa nama startup & perusahaan start up di Indonesia yang resmi tutup atau menghentikan operasional, mulai dari tahun 2023 hingga 2024 lalu.

1. JD.ID

JD.ID resmi menutup seluruh layanan per 31 Maret 2023. Sebelumnya, sejak 15 Februari 2023 mereka sudah menghentikan penerimaan order.

Perusahaan menyatakan bahwa keputusan ini bagian dari strategi global induknya, fokus ulang pada logistik dan rantai suplai internasional (Bloomberg Technoz, 2024).

Penutupan mendadak ini menunjukkan bahwa e-commerce besar pun bisa gagal jika struktur operasional dan strategi tidak lagi cocok dengan kondisi pasar.

2. Pegipegi

Pegipegi, layanan pemesanan tiket dan penginapan daring, menghentikan operasionalnya pada 11 Desember 2023 setelah sekitar 12 tahun beroperasi (Lyfe, 2023).

Penutupan ini mencerminkan tekanan besar di sektor travel & hospitality, terutama ketika pasar berfluktuasi dan biaya operasional tinggi.

3. CoHive

CoHive, startup penyedia coworking-space, dinyatakan bangkrut dan tutup layanan pada tanggal 18 Januari 2023 (Bloomberg Technoz, 2024).

Pandemi dan berubahnya pola kerja, seperti remote/hybrid, membuat kebutuhan ruang kerja bersama menurun drastis. Hal ini menunjukkan bahwa model bisnis harus adaptif terhadap perubahan tren.

Baca juga: IT Outsourcing untuk Bisnis Startup

4. Rumah.com

Platform properti ini resmi menutup operasional pada 30 November 2023, ketika induknya memutuskan menutup marketplace di Indonesia.

Selain itu, adanya penutupan ini berimbas terhadap sekitar 61 karyawan yang terkena PHK (Lyfe, 2023). Kasus ini juga menyoroti bahwa startup properti sulit bertahan tanpa likuiditas kuat dan strategi monetisasi yang sehat.

5. Zenius

Zenius, startup edutech dan penyedia layanan bimbingan belajar online, menghentikan operasional sejak 22 Januari 2024, setelah berpuluh tahun berdiri (Katadata, 2025).

Meskipun sempat memperoleh pendanaan besar dan bahkan mengakuisisi jaringan bimbel offline, Zenius gagal mempertahankan model bisnisnya di tengah tantangan operasional dan dinamika pasar edutech.

Meskipun demikian, Zenius berhasil kembali mengaktifkan operasional bisnisnya pada bulan Juli 2024, yaitu dengan tampilan warna lamanya (kuning dan hitam) (Radar Semarang, 2024).

Baca juga: Cara Otomatisasi Entri Data untuk Efisiensi Perusahaan

6. Fabelio

Fabelio, yang merupakan startup furnitur dan interior, dinyatakan pailit lewat putusan pengadilan pada 5 Oktober 2022 (Katadata, 2025).

Beberapa faktor dari tutupnya startup tersebut adalah masalah likuiditas dan beban utang, termasuk keterlambatan gaji karyawan dan tunggakan BPJS.

Hal ini menjelaskan bahwa manajemen keuangan yang buruk bisa menghancurkan startup, bahkan ketika kondisi pasar tampak menjanjikan.

7. Airy Rooms

Airy Rooms, layanan agregator hotel atau penginapan, menghentikan layanan per 31 Mei 2020. Hal ini merupakan dampak langsung dari pandemi Covid-19 silam yang menekan sektor akomodasi (Bloomberg Technoz, 2024).

Ini menjadi contoh bahwa krisis eksternal bisa sangat cepat mengguncang startup, terutama yang bergantung pada mobilitas & perjalanan.

8. Sorabel & Stoqo

Sorabel resmi tutup pada 30 Juli 2020 karena kesulitan keuangan dan gagal dapat pendanaan baru saat pandemi (Bloomberg Technoz, 2024).

Di sisi lain, Stoqo yang merupakan penyedia B2B bahan makanan untuk restoran, menutup usaha pada 22 April 2020 di masa pandemi. sekitar 250 karyawan terdampak (Bloomberg Technoz, 2024).

Bangkrutnya kedua start up tersebut menunjukkan adanya efek domino krisis ekonomi dan pandemi terhadap model bisnis startup dengan margin tipis.

9. Investree

Investree adalah fintech P2P lending yang izin usahanya dicabut pada 21 Oktober 2024. Penyebab utamanya adalah perusahaan gagal memenuhi persyaratan modal minimum serta standar tata kelola sesuai regulasi fintech lending.

Akibatnya, ketika izin dicabut, semua aktivitas pinjam-meminjam Investree harus dihentikan, sehingga platform kehilangan arus kas dan kepercayaan pengguna (Katadata, 2025).

10. TaniFund

TaniFund, start up fintech lending yang fokus di sektor agrikultur, bangkrut karena izinnya dicabut per 3 Mei 2024 oleh regulator (Uzone, 2024).

Hal tersebut terjadi karena mereka gagal memenuhi persyaratan ekuitas minimum dan tidak mematuhi rekomendasi pengawasan. Akibatnya, penarikan izin menyebabkan penghentian operasional, banyak lender dan peminjam terdampak.

Baca juga: 10 Cara Mengelola Dokumen Digital dengan Efisien

Faktor Luar Pasar yang Menyebabkan Startup Collapse

Melihat rangkaian kasus di atas, kita bisa menyimpulkan beberapa penyebab utama kegagalan startup di Indonesia sebagai berikut.

1. Tingginya Risiko Kegagalan Startup Secara Umum

Menurut datam sebagian besar startup gagal dalam beberapa tahun pertama. Menurut data, sekitar 9 dari 10 startup gagal dalam lima tahun pertama (Wadhwani Foundation, 2025).

Angka lain menunjukkan sekitar 50% startup tidak bertahan sampai tahun kelima (1000 Startup Digital, 2024). Fakta ini menunjukkan bahwa “kemungkinan gagal” sebuah startup sangat tinggi, sehingga mereka harus ekstra hati-hati sejak awal, terutama dalam aspek operasional dan modal.

2. Likuiditas & Modal Kerja yang Rapuh

Banyak startup bergantung besar pada suntikan modal eksternal atau investor. Saat pendanaan tidak berlanjut, contohnya investor menahan dana, pasar melambat, atau investor menjadi konservatif, startup kehilangan aliran kas.

Artikel analisis penyebab kebangkrutan startup menyebut bahwa “kekurangan dana” atau “dana kering” sering menjadi penyebab utama kegagalan (Databoks, 2022).

Tanpa cadangan kas atau model yang menghasilkan arus kas positif secara cepat, startup menjadi rentan terhadap guncangan eksternal, terutama saat ekonomi melemah atau investor menarik bantuan.

3. Model Operasional & Strategi yang Tidak Adaptif

Banyak startup tumbuh dalam kondisi optimistis, mereka berhipotesis bahwa pasar, perilaku konsumen, dan pertumbuhan terus berlanjut.

Tapi ketika keadaan berubah, misalnya krisis ekonomi, pandemi, atau tren konsumen bergeser, startup yang tidak adaptif akan kesulitan bertahan.

Beberapa analisis menyebut bahwa bangkrutnya startup sering terjadi karena ketidakmampuan menyesuaikan model bisnis dengan kenyataan pasar (Antara News, 2025).

Jika model operasi terlalu rigid, atau struktur internal sudah “besar dan berat” tanpa fleksibilitas, perubahan kecil pun bisa mengguncang stabilitas bisnis mereka.

4. Over-ekspansi tanpa Analisis Mendalam & Tata Kelola yang Lemah

Dalam upaya cepat tumbuh, beberapa startup berekspansi agresif, seperti menambah tim, layanan, fitur, layanan geografis, atau mengakuisisi bisnis lain.

Namun, kalau ekspansi dilakukan tanpa perencanaan matang, tanpa analisis pasar, tanpa pengendalian biaya, tanpa struktur manajemen & finansial sehat, ekspansi bisa jadi bumerang.

Menurut analisis global, banyak startup bangkrut karena masalah struktur internal & governance, tidak semata kekurangan dana (Antara News, 2025).

Kelemahan dalam tata kelola membuat startup sulit bertahan saat tekanan datang: cash flow memburuk, operasional kacau, layanan menurun, akhirnya startup collapse.

5. Produk atau Pasar Tidak Sesuai

Sebuah riset menunjukkan bahwa penyebab terbesar kegagalan startup adalah produk/layanan yang tidak dibutuhkan pasar. Artinya ide yang bagus bisa gagal kalau target pengguna tidak ada.

Data menunjukkan bahwa 38% kegagalan startup dikaitkan dengan kurangnya kebutuhan pasar atau ‘market need’ yang valid (Databoks, 2022).

Startup yang menekankan ide inovatif tanpa riset pasar mendalam berisiko besar. Tanpa demand nyata, revenue tak kunjung tumbuh, dan kombinasi dengan biaya operasional tinggi bisa menghancurkan startup.

Baca juga: Panduan Langkah Transformasi Digital 2026 untuk Bisnis di Indonesia

Efisiensi & Otomatisasi Bisa Menjadi Kunci Ketahanan Startup

Sebelum kita masuk ke detail tips, penting dipahami bahwa banyak masalah startup yang bangkrut seperti likuiditas rapuh, operasional manual, kesalahan manusia, biaya tinggi, sebenarnya bisa diminimalkan dengan automasi.

Teknologi seperti RPA (Robotic Process Automation) dan intelligent automation memberi startup cara untuk tetap ramping, efisien, dan adaptif, bahkan di tengah ketidakpastian pasar. Berikut beberapa pendekatan praktis yang bisa Anda pertimbangkan.

1. Otomatisasi Proses Rutin & Administratif

Dengan automasi, startup bisa memindahkan tugas-tugas repetitif dan administratif, seperti input data, pengolahan faktur, rekonsiliasi keuangan, pelaporan keuangan atau HR, dari manusia ke “bot”.

Studi menunjukkan bahwa RPA memungkinkan perusahaan memproses volume tugas tinggi dengan akurasi tinggi, lebih cepat, dan dengan biaya lebih rendah dibanding proses manual (Relevant Software, 2024). Dengan mengintegrasikan RPA, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 30% (Huda dkk., 2025).

Misalnya, startup dengan volume transaksi atau data besar bisa memangkas waktu siklus proses dari berjam-jam menjadi menit, sekaligus menurunkan risiko human error.

Di IDstar, pendekatan RPA telah berkembang menjadi agentic AI, yaitu automasi yang tidak hanya mengeksekusi aturan, tetapi juga mampu belajar dari pola data, beradaptasi dengan perubahan proses, dan mengambil keputusan operasional sederhana secara mandiri.

Dengan demikian, startup bisa mengurangi overhead biaya tenaga kerja, menjaga cash flow lebih stabil, dan fokus mengalokasikan SDM ke pekerjaan bernilai tambah, seperti strategi bisnis, inovasi produk, atau customer experience.

Baca juga: Apa Perbedaan Agentic AI dan Agen AI

2. Skalabilitas Operasional Tanpa Beban Tambahan

Saat startup tumbuh, jumlah transaksi meningkat, jumlah user bertambah, volume data melambung, sehingga otomatisasi dapat membantu menjaga performa tanpa perlu perekrutan massif.

Menurut riset Deloitte (2022), adopsi intelligent automation telah membantu banyak organisasi mengurangi biaya operasional sampai sekitar 31% dalam tiga tahun sejak implementasi (dibandingkan baseline sebelum automasi).

Startup bisa memanfaatkan ini untuk tetap efisien saat skalabilitas dibutuhkan, tanpa meningkatkan fixed cost secara proporsional. Artinya, otomatisasi memberi fleksibilitas scale-up tanpa bikin struktur biaya membengkak, hal yang krusial terutama di masa sulit.

3. Minimalkan Risiko Kesalahan Manusia & Compliance

Dalam startup, aktivitas seperti input data keuangan, pengajuan pinjaman, verifikasi user, pengelolaan data pelanggan, kalau dilakukan manual, rawan kesalahan, terlambat, atau inkonsistensi. Kesalahan ini bisa berujung pada kerugian, denda regulasi, hingga reputasi rusak.

RPA terbukti meningkatkan akurasi dan konsistensi proses dibanding manual, serta mengurangi risiko human error yang bisa mahal biayanya (Bitcot, 2024). Bagi startup fintech, e-commerce, logistik, atau layanan berisiko tinggi compliance/nilai besar, automasi menjadi tameng penting agar operasional tetap sesuai standar dan aman.

Baca juga: Human Error: Penyebab, Contoh, dan Cara mencegah

4. Fokus ke Core Business & Inovasi, Sementara Bot Tangani Rutinitas

Dengan menyerahkan pekerjaan rutin ke automasi, tim manusia bisa fokus ke aspek strategis, pengembangan produk, inovasi layanan, strategi pasar, customer engagement, dll. Hal ini membantu startup tetap kompetitif.

Banyak perusahaan yang mengadopsi automation melaporkan peningkatan produktivitas, serta perbaikan kinerja secara keseluruhan di departemen layanan & operasional (Huda dkk., 2025).

Pendekatan ini memungkinkan startup tetap lean tetapi gesit, cocok untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi atau perubahan pasar.

5. Implementasi Secara Bertahap

Anda tidak perlu langsung otomatisasi seluruh proses. Mulailah dari tugas-tugas dengan volume tinggi, repetitif, dan berisiko error, seperti keuangan, HR, data entry, invoicing, lalu secara bertahap bangun automasi end-to-end (workflow lengkap antar departemen) untuk efisiensi maksimal.

Menurut hasil survei global, organisasi yang mengadopsi intelligent automation dengan roadmap jelas melaporkan cost reduction dan peningkatan efisiensi signifikan dibanding yang hanya menjalankan “proof-of-concept” (Deloitte, 2022).

Dengan strategi ini, startup bisa menghindari over-investasi awal, dan memaksimalkan return on investment automasi.

Baca juga: 5 Risiko Umum IT Outsourcing dan Bagaimana IDstar Menyelesaikannya

Bagaimana IDstar Membantu Startup Bertahan & Tumbuh?

Di tengah tekanan pasar dan persaingan ketat, operational excellence menjadi kunci agar startup bisa bertahan sekaligus tumbuh. Di sinilah automasi yang tepat berperan sebagai pembeda.

IDstar hadir sebagai partner IT outsourcing & automation, bukan sekadar vendor. Kami menyediakan talenta IT siap pakai, layanan RPA, hingga agentic AI, automasi cerdas yang mampu belajar, beradaptasi, dan mengambil keputusan berbasis data.

Dengan dukungan IDstar, startup Anda dapat mengotomatisasi proses back-office (finance, HR, reporting) agar tim fokus ke inovasi, menerapkan agentic AI untuk analisis data, deteksi anomali, dan optimasi proses operasional, dan menjalankan roadmap automasi end-to-end yang scalable sesuai fase pertumbuhan startup.

Hasilnya, startup Anda lebih lean, efisien, minim human error, dan siap bergerak lebih cepat dari kompetitor. Ingin mulai automasi operasional tanpa membebani tim internal? IDstar siap jadi partner transformasi digital Anda. Digital Transformation? #IDstarinAja

Pelajari selengkapnya bagaimana IDstar memberikan solusi terhadap permasalahan bisnis klien di sini.


Referensi Kredibel:
  1. 1000StartupDigital.id. (n.d.). Startup gagal: Salahnya di mana?
    https://1000startupdigital.id/startup-gagal-salahnya-di-mana/
  2. AntaraNews.com. (2025). Startup gagal bukan karena modal, tapi struktur yang rapuh.
    https://www.antaranews.com/berita/5163917/startup-gagal-bukan-karena-modal-tapi-struktur-yang-rapuh
  3. BitCot.com. (2024). Benefits of robotic process automation (RPA) for SMBs.
    https://www.bitcot.com/benefits-of-robotic-process-automation-rpa-for-smbs/
  4. BloombergTechnoz.com. (2024). 10 startup terkenal RI yang kini bangkrut dan tinggal nama.
    https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/54667/10-startup-terkenal-ri-yang-kini-bangkrut-dan-tinggal-nama/2
  5. Databoks. (2022). Mengapa banyak bisnis startup gagal: Ini penyebabnya.
    https://databoks.katadata.co.id/teknologi-telekomunikasi/statistik/64bed6241dbeff6/mengapa-banyak-bisnis-startup-gagal-ini-penyebabnya
  6. Deloitte.com. (2022). Intelligent automation 2022 survey results.
    https://www.deloitte.com/us/en/insights/topics/talent/intelligent-automation-2022-survey-results.html
  7. Huda, M., Rahayu, A., Furqon, C., Sultan, M. A., & Susilawati Sugiana, N. S. (2025). Analyzing the Impact of Robotic Process Automation (RPA) on Productivity and Firm Performance in the Service Sector. International Journal of Advanced Computer Science & Applications16(6). https://thesai.org/Downloads/Volume16No6/Paper_35-Analyzing_the_Impact_of_Robotic_Process_Automation.pdf
  8. Katadata.co.id. (2023). Daftar startup tutup di Indonesia: Paling banyak e-commerce dan pinjaman daring.
    https://katadata.co.id/digital/startup/68369d21d3451/daftar-startup-tutup-di-indonesia-paling-banyak-e-commerce-dan-pinjaman-daring
  9. LyfeBengkulu.com. (2023). Selain JD.ID dan Pegipegi, inilah daftar startup yang resmi tutup sepanjang 2023 di Indonesia.
    https://lyfebengkulu.com/read/selain-jd-id-dan-pegipegi-inilah-daftar-startup-yang-resmi-tutup-sepanjang-2023-di-indonesia
  10. Relevant Software. (2024). Benefits of robotic process automation (RPA).
    https://relevant.software/blog/benefits-of-robotic-process-automation/
  11. Thesai.org. (2025). Analyzing the impact of robotic process automation.
    https://www.thesai.org/Downloads/Volume16No6/Paper_35-Analyzing_the_Impact_of_Robotic_Process_Automation.pdf
  12. Uzone.id. (2024). Daftar startup Indonesia yang tutup sepanjang 2024.
    https://uzone.id/daftar-startup-indonesia-yang-tutup-sepanjang-2024
  13. Wadhwani Foundation. (n.d.). Mengapa startup gagal — 10 alasan teratas & bagaimana menghindarinya.
    https://wadhwanifoundation.org/id/mengapa-startup-gagal-10-alasan-teratas-bagaimana-menghindarinya/

Saatnya Bisnis Anda Bergerak Lebih Cepat

Tinggalkan proses manual.
Gunakan Agentic Automation dan IT Outsourcing dari IDstar untuk kerja lebih cepat, efisien, dan scalable.

Alongside with 7000+ Subscribers

Get the latest news about IT industry from IDstar directly to your email





We value your data safety. View Privacy Policy

agent Chat Us
×